Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi bagian penting dalam gerak dan mewujudkan mandat Yayasan SHEEP Indonesia (YSI). Untuk itu keberadaan SDM bergabung dengan YSI, tidak hanya bekerja tapi juga menjadi agen perubahan dan membawa mandat transformasi nilai untuk menguatkan Masyarakat marjinal. Transformasi nilai ini yang dilakukan di YSI, melalui penguatan kapasitas bertema "Penguatan Spirit SDM YSI: Peduli dan Profesional". Kegiatan yang berlangsung pada Kamis, 24 September 2024, ini melibatkan seluruh staf YSI, baik secara langsung maupun daring. Peduli dan professional menjadi motto semua staf YSI untuk membangun budaya organisasi berbasis nilai.
Direktur YSI, Andreas Subiyono, dalam presentasinya menekankan bahwa berdirinya YSI bukan semata untuk mengelola proyek, tetapi karena visi, misi, dan nilai yang diusung. YSI tumbuh dari semangat yang idealis, yang terus dijaga melalui penerapan tiga komponen utama dalam organisasi: spirit (visi, misi, nilai, prinsip), sumber daya (SDM, keuangan, aset, citra), dan aksi (program dan proyek). Ketiga komponen ini saling melengkapi dan menjadi pondasi keberlanjutan organisasi.
Kegiatan ini juga menggarisbawahi pentingnya nilai spirit dalam bekerja. "Sumber daya spirit adalah energi yang menggerakkan aksi dan praksis" jelas Andreas. Tanpa spirit, komponen SDM dan program tidak akan berjalan maksimal. Oleh karena itu, YSI berusaha menjaga keseimbangan antara nilai-nilai yang diusung dan praktek lapangan agar organisasi tetap kuat dan relevan dengan tantangan zaman.
Selain itu, Andreas mengajak SDM yang bergabung di YSI menggali motivasi bekerja. Di akhir sharing motivasi bekerja dijelaskan tentang perkembangan sejarah orang bekerja, dari masa prasejarah hingga abad ke-21. Ia mengaitkan antara motivasi dan pentingnya totalitas dalam bekerja, di mana keberhasilan diukur dari kreativitas dan waktu yang dihabiskan, bukan hanya dari hasil kuantitatif. Disinilah kemudian para SDM YSI juga memahami nilai “caring’ atau kepedulian ini menjadi hal yang diutamakan dalam bekerja di YSI, bagian dari motivasi yang harus dijaga setiap SDM. Fondasi yang berkaitan erat dengan nilai pribadi kemudian direlasikan dengan nilai yang ada di YSI ini yang kemudian harus selaluu dikuatkan dalam implementasi program. Sebelum menjalankan profesionalisme diterapkan. Setiap SDM dituntut “Caring atau peduli yang mengarah pada cinta kasih dan empati,” ujar Andreas, menegaskan pentingnya penerimaan dan penghormatan antar sesama sebelum bicara soal target dan keahlian.
Sebagai penutup, kegiatan ini juga mengajak staf untuk terlibat dalam sesi refleksi mengenai bagaimana nilai-nilai YSI, seperti kesetaraan, integritas, kesederhanaan, dan inklusivitas, diterapkan dalam keseharian. Dalam sesi diskusi kelompok, peserta diminta untuk mempraktikkan nilai-nilai tersebut melalui pembuatan film pendek, yang mengasah kerja tim dan kolaborasi lintas komisi biro untuk memaknai dan menerjemahkan arti nilai.
Kegiatan ini merupakan langkah konkrit YSI dalam membangun budaya organisasi yang tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi juga menghargai proses dan nilai-nilai yang mendasarinya. Mengakhiri kegiatan, Wuri Lukitasari selaku staf bidang SDM YSI menyampaikan pernyataan penutupnya “Dengan spirit yang kuat dan komitmen pada profesionalisme, YSI berharap bisa terus berperan dalam menciptakan perubahan sosial yang signifikan, baik di dalam organisasi maupun dalam mendampingi masyarakat” Pungkasnya.