Pada tanggal 07 Agustus 2024, di Kantor Yayasan SHEEP Indonesia (YSI) mengadakan Peningkatan Kapasitas difasilitasi Ibu Theresia Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D., seorang Dosen Psikologi, Universitas Gajah Mada (UGM) dengan tema “Perkembangan dan Pendampingan Anak”. Kegiatan diikuti 17 staf YSI dirasa menarik karena staf mendapatkan memiliki pemahaman tentang tahapan Perkembangan Anak berdasarkan kelompok usia, strategi Pendampingan, dan melakukan pendampingan anak dalam kerangka pengorganisasian dalam proyek keadilan Iklim dan Perlindungan Hak anak (KIPHA).
Fasilitator yang memiliki pengalaman mengajar di sekolah memberikan strategi pendampingan melalui “Gerakan sekolah menyenangkan”. Pendekatan ini juga membahas permasalahan yang dialami murid di sekolah serta kekurangan yang dimiliki sistem mengajar di Indonesia. Terdapat 6 krisis utama yang menjadi faktor para murid tidak dapat belajar dengan baik di sekolah; Krisis tersebut ialah lingkungan, sosial, spritual, belajar, etika, dan indetitas. Selain itu pada sistem pembelajaran di Indonesia guru juga masih lebih mementingkan penyampaian materi daripada kondisi dan apa yang dihadapi murid mereka secara riil.
Menanggapi permasalahan yang ada disekolah tersebut, staf diperkenalkan faktor untuk membangun koneksi dengan para murid bernama “meters”. Salah satu faktor “meters” yang yang paling penting adalah faktor dialog, dikarenakan dengan berdialog staf bisa lebih mengenal dan memahami para murid. Faktor lain yang tidak kalah penting lainnya adalah membangun kesadaran diri didalam para murid, supaya mereka dapat terpicu mengambil tindakan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam membangun kesadaran diri terdapat 4 tahap yaitu pertama adalah “threat” dimana para murid diperlihatkan permasalahan yang ada secara langsung sehingga membuat mereka tergerak emosinya, kedua “hope” dimana para murid diminta membangun harapan mereka atas permasalahan mereka lihat, ketiga “confident” dimana para murid diarahkan untuk percaya diri melakukan perubahan atas permasalahan yang ada, dan terakhir “opportunities“ dimana para murid dibimbing agar mengkampanyekan masalah dan solusi tersebut ke masyarakat luar.
Tidak lupa peserta memerlukan cara mengajar yang sesuai dengan faktor “meters”, maka dengan program ini diperkenalkan konsep belajar “Circle of Time”. Pada konsep belajar ini memperkenalkan 4 tahapan belajar yaitu : 1) Provokasi yaitu memperlihatkan bagaimana permasalahan yang ada bisa terjadi serta siapa penyebabnya, 2) Diskusi dan modelling yaitu mengajak diskusi bagaimana perasaan mereka melihat permasalahan itu, 3) Role play atau praktek yaitu mengajak untuk berpikir apa tindakan mereka kedepan dalam mengatasi permasalahan, 4) Refleksi yaitu mengajak untuk merefleksikan diri dan membangun kesadaran diri untuk berani melakukan tindakan mengatasi permasalahan tersebut.
Dari kegiatan “Gerakan sekolah menyenangkan”, staf kemudian memahami tentang perkembangan anak di sekola, termasuk berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan anak lewat krisis utama anak yang tidak dapat belajar di sekolah. Selain itu lewat konsep belajar “Circle of time”, staf dapat mengembangkan dengan lebih kontekstual strategi dan model pengorganisasian dalam proyek keadilan Iklim bagi Perlindungan Hak anak. Dengan demikian anak-anak dapat memiliki kesadaran diri untuk peduli mengenai perubahan iklim yang terjadi di bumi melalui metode yang sesuai dengan usia mereka dan atmosphere yang menyenangkan.