Dalam upaya memperkuat literasi perubahan iklim di kalangan remaja, Yayasan SHEEP Indonesia memfasilitasi 30 siswa kelas 7 SMP Bumi Cendekia dalam kegiatan diskusi dan studi lapangan di Desa Wisata Fauna Ketigan. Salah satu bagian penting dari observasi lapangan ini adalah pengamatan terhadap burung kuntul — spesies yang dulunya sering terlihat di langit desa, namun kini semakin jarang ditemui.
Melalui pengamatan langsung dan dialog dengan masyarakat, siswa-siswa menemukan bahwa perubahan lanskap desa, seperti pembangunan jalan tol dan penebangan pohon, berdampak signifikan pada habitat alami burung kuntul. “Kami melihat sendiri, banyak pohon ditebang dan lahannya jadi area pembangunan jalan tol. Jadi burungnya pindah ke tempat lain karena tidak ada lagi tempat bertelur,” lapor Rehan, mewakili kelompoknya.
Selain faktor pembangunan, siswa juga mengaitkan berkurangnya populasi burung kuntul dengan perubahan iklim. Dalam diskusi yang dipandu fasilitator Evi Novita, Naya, salah satu siswa, menyampaikan, “Akibat Perubahan Iklim Cuaca sekarang lebih panas dari dulu. Mungkin itu juga sebabnya burung jadi lebih sulit bertahan.” Melalui observasi fenomena ini, siswa belajar bahwa perubahan suhu, pergeseran musim, dan terganggunya ekosistem mikro adalah bagian dari dampak nyata perubahan iklim.
Pengamatan terhadap burung kuntul menjadi pengalaman konkret bagi siswa untuk memahami bagaimana perubahan iklim tidak hanya mempengaruhi manusia, tetapi juga seluruh ekosistem lokal. Diskusi kemudian berkembang menjadi lebih kritis ketika siswa mempertanyakan arah pembangunan yang terus berlanjut. “Kenapa sih pembangunan terus dilakukan? Misalnya bikin pabrik, apa nggak merusak lingkungan?” tanya salah seorang peserta.
Keterlibatan aktif ini memperlihatkan bahwa dengan observasi nyata di lapangan, siswa mampu menghubungkan fenomena lokal dengan persoalan global seperti perubahan iklim dan ketidakadilan lingkungan. Kegiatan ditutup dengan refleksi dan komitmen aksi nyata dari masing-masing siswa. Dito, juru bicara kelompok 5, menyampaikan, “Kalau kita diam saja, nanti kita sendiri yang rugi. Lingkungan rusak, udara kotor, dan hewan-hewan punah.”