Yayasan SHEEP Indonesia (YSI) melalui Program KIPHA (Keadilan Iklim dan Perlindungan Hak Anak) terus berkomitmen mendorong keterlibatan anak-anak dalam menyuarakan ketidakadilan iklim. Salah satu upayanya diwujudkan dalam kegiatan Workshop Menulis dan Pembekalan Ekspedisi yang digelar di Kopi Legi Garden Resto, Yogyakarta. Kegiatan ini diikuti oleh 35 peserta, yang terdiri dari siswa dan guru pendamping dari 8 sekolah mitra YSI.
Workshop ini bukan sekadar pelatihan teknis menulis, tetapi bagian dari proses panjang anak-anak dalam memotret dan menyuarakan pengalaman mereka terhadap dampak perubahan iklim. Melalui tulisan, anak-anak diajak untuk lebih kritis memahami situasi yang terjadi di sekitar mereka maupun di wilayah lain seperti Desa Timbulsloko, Sayung, Demak. Sebuah desa yang telah lebih dari 20 tahun menghadapi abrasi pantai, rob, dan penurunan muka tanah yang menyebabkan wilayah mereka tenggelam dan kehilangan ruang hidup yang layak.
Dalam sesi awal, Evi Novita (perwakilan YSI) memberikan gambaran kepada peserta mengenai ketidakadilan iklim yang dialami masyarakat Desa Timbulsloko khususnya anak-anak. Ia menyampaikan bahwa krisis iklim tidak hanya berdampak pada lingkungan, namun juga menambah beban bagi kelompok rentan seperti anak-anak. “Dulunya mereka bisa bermain dan belajar di daratan yang kering. Kini, setiap hari mereka hidup dalam genangan air,” jelasnya.
Peserta dibekali keterampilan menulis oleh Sosiawan Leak, seorang penulis, penyair, sekaligus pegiat literasi. Dalam pengantarnya, beliau ingin “menulis” menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi anak-anak dengan memberikan materi melalui pendekatan yang membebaskan dan menyenangkan. Beliau mendorong siswa menulis dari pengalaman, pengamatan, dan perasaan mereka sendiri. "Menulis seperti mengikat hewan buruan. Kalau tidak kita ikat, dia akan lari. Begitu pula ilmu pengetahuan," ujar Sosiawan Leak.
Melalui metode yang akrab dan penuh humor, Pak Leak (sapaan akrab Sosiawan Leak) membongkar hambatan yang sering dialami siswa saat menulis, seperti rasa takut atau malu. Ia mengajak siswa untuk mulai menulis dari apa yang mereka dengar, lihat, dan alami. Tidak hanya memberikan materi, di akhir sesi Pak Leak juga menghadiahkan buku-buku karyanya kepada para peserta sebagai bentuk dorongan agar mereka terus menulis.
Workshop ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan ekspedisi yang dilaksanakan pada 6–7 Mei 2025 mendatang di Desa Timbulsloko, Kec. Sayung, Kab. Demak. Di sana, siswa akan melakukan observasi dan wawancara untuk menggali lebih dalam dampak perubahan iklim secara langsung dari warga. Hasil tulisan mereka nantinya akan dibukukan dan menjadi bahan advokasi siswa kepada para pemangku kepentingan. Anak sebagai bagian dari pihak terdampak harapannya dapat turut bersuara dan berkontribusi mendorong perubahan.
Di akhir acara, Evi Novita menyampaikan harapan kepada peserta “Melalui kegiatan ini, YSI berharap anak-anak dapat melihat bahwa menulis bukan hanya sebagai keterampilan, tetapi sebagai alat untuk menyampaikan harapan, keresahan, dan tuntutan akan keadilan iklim bagi mereka dan komunitas lain yang mengalami dampak serupa.” Pungkasnya.