Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak – Masyarakat pesisir di beberapa desa di Kecamatan Sayung terus menghadapi ancaman bencana ekologis yang semakin meningkat. Penilaian dampak bahaya yang dilakukan di wilayah Sriwulan, Surodadi, dan Timbulsloko mengungkapkan bahwa banjir rob, abrasi, dan angin kencang menjadi faktor utama yang mengancam kehidupan serta mata pencaharian warga.
Kajian yang difasilitasi oleh Heri Sasmito dan Evi Novita menunjukkan bahwa dampak banjir rob dan abrasi meluas ke berbagai sektor, termasuk sumber daya alam, infrastruktur, ekonomi, sosial, serta sumber daya manusia. Beberapa temuan utama meliputi:
- Sumber Daya Alam: Sawah, tambak, dan ekosistem mangrove mengalami kerusakan signifikan akibat banjir rob dan abrasi, mengurangi produktivitas sektor pertanian dan perikanan.
- Infrastruktur Fisik: Jalanan, jembatan, dan permukiman mengalami kerusakan parah, yang memperburuk aksesibilitas serta mobilitas masyarakat.
- Ekonomi: Sektor pertambakan dan UMKM terdampak oleh terganggunya produksi akibat banjir dan intrusi air laut.
- Sosial: Layanan masyarakat seperti TPQ, Posyandu, dan kegiatan sosial lainnya terkendala akibat terbatasnya fasilitas dan akses yang terganggu.
- Sumber Daya Manusia: Para nelayan dan petani tambak menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan mata pencaharian mereka.
Sebagai respons terhadap kondisi ini, masyarakat dengan dukungan pemerintah dan berbagai organisasi telah mengembangkan upaya adaptasi dan mitigasi. Salah satu langkah inovatif yang mulai diterapkan adalah pembangunan rumah apung dan rumah amfibi, yang dikembangkan melalui kolaborasi antara Yayasan SHEEP Indonesia (YSI), Unika Soegijapranata, dan Dinas Perumahan dan Permukiman (Dinperkim) Kabupaten Demak. Upaya lain yang telah dan sedang dilakukan meliputi:
- Perbaikan Infrastruktur: Peninggian jalan, pembangunan jembatan, serta pengembangan rumah adaptif seperti rumah apung dan rumah amfibi.
- Penguatan Ekonomi: Pengembangan usaha berbasis perikanan dan UMKM, seperti produksi bandeng presto dan pengolahan hasil laut lainnya.
- Penanggulangan Bencana: Penanaman mangrove untuk mengurangi abrasi serta peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.
- Dukungan Eksternal: Keterlibatan lebih lanjut dari pemerintah, LSM, dan sektor swasta dalam bentuk pendanaan, regulasi, serta penyediaan bahan dan teknologi adaptasi.
Meskipun berbagai langkah telah dilakukan, masyarakat masih menghadapi tantangan besar, seperti keterbatasan dana, mahalnya material konstruksi, serta minimnya keterlibatan pihak eksternal dalam mendukung upaya mitigasi jangka panjang. Normalisasi sungai dan penguatan program penyediaan air bersih menjadi solusi yang diusulkan untuk mengurangi dampak abrasi serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat pesisir.
Menurut Heri Sasmito, "Sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan organisasi pendukung menjadi kunci utama dalam menciptakan solusi berkelanjutan bagi wilayah pesisir yang lebih tangguh." Dengan komitmen bersama, diharapkan wilayah pesisir Sayung dapat terus beradaptasi dan berkembang di tengah ancaman perubahan iklim yang semakin nyata.