Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, telah lama menghadapi ancaman rob yang semakin parah sejak tahun 1998. Banjir pasang yang terjadi secara terus-menerus telah mengubah kehidupan masyarakat yang sebelumnya bergantung pada sektor pertanian, memaksa mereka beralih ke sektor perikanan dan tambak. Selain itu, banyak rumah warga tenggelam dan mengalami kerusakan akibat abrasi serta kenaikan permukaan air laut. Kondisi ini semakin diperparah dalam beberapa tahun terakhir oleh krisis air bersih akibat intrusi air laut ke sumber air tawar. Beralihkan fungsi lahan dari pertanian menjadi kolam air rob tidak hanya memaksa beralih profesi dari petani menjadi nelayan tetapi juga munculnya potensi konflik karena batas kepemilikan lahan yang tidak jelas karena tenggelam oleh banjir rob
Berdasarkan fakta tersebut, serta diperkuat oleh kajian loss and damage yang telah dilakukan, Yayasan SHEEP Indonesia, dengan dukungan dari Unika Sugiyopranoto dan DINPERKIM Kabupaten Demak, bersama masyarakat Timbulsloko dan Surodadi di Kecamatan Sayung, mengembangkan konsep inovatif berupa Prototype rumah apung dan rumah amfibi. Prototype yang dibangun sebagai piloting pembangunan rumah apung dan amfibi diharapkan menjadi salah satu alternatif penyediaan standar minimal hunian yang adaptif dengan banjir rob.
Rumah Apung merupakan rumah yang dirancang untuk mengapung di atas permukaan air saat terjadi banjir rob. Rumah ini dibuat dengan material ringan seperti calci board dan drum, serta menggunakan struktur penyangga yang memungkinkan rumah tetap stabil di atas air. Sementara itu, Rumah Amfibi adalah rumah yang dibangun dengan pondasi fleksibel yang memungkinkan bangunan naik dan turun mengikuti ketinggian air.
Dengan adanya rumah apung dan rumah amfibi, masyarakat dapat tetap bertahan di wilayah mereka tanpa harus terus Menguruk atau meninggikan bangunan rumah dalam menghadapi rob. Solusi ini mampu mengurangi risiko kehilangan tempat tinggal, meningkatkan kenyamanan dan keamanan masyarakat, serta menjaga roda ekonomi tetap berputar karena warga dapat tetap tinggal di desa mereka dan mengelola usaha perikanan serta tambak.
Meski program ini telah menunjukkan dampak positif, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, di antaranya:
• Pendanaan untuk pembangunan lebih banyak rumah apung dan rumah amfibi.
• Pelatihan bagi masyarakat dalam membangun dan merawat rumah tersebut.
• Dukungan dari pemerintah dan pihak swasta dalam hal regulasi serta insentif untuk pengembangan lebih lanjut.
Sulistyo, salah satu staf lapangan di Demak, menyampaikan, “Dengan inovasi ini, Kecamatan Sayung, khususnya di Timbulsloko dan Surodadi, menjadi contoh daerah pesisir yang mampu beradaptasi dengan tantangan perubahan iklim.” Sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan organisasi pendukung menjadi kunci dalam menciptakan solusi berkelanjutan bagi masa depan wilayah pesisir yang lebih tangguh.