Setelah sukses melaksanakan Sekolah Lapang dalam program SSR 1, langkah strategis kini diarahkan pada pembentukan rumah produksi di empat wilayah, yaitu Sabu, Kabupaten Kupang, Sipora, dan Siberut. Rumah produksi ini dirancang sebagai pondasi penting dalam pengembangan SSR 2, berfokus pada budidaya, pasca panen dan pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan nilai komoditas di setiap wilayah. Komoditas yang akan dikembangkan melalui rumah produksi meliputi pisang, jagung, keladi, babi, rumput laut, kepiting, dan ayam. Pemilihan ini didasarkan pada keberhasilan uji coba pengolahan dalam Sekolah Lapang SSR 1 dan asesmen potensi lokal.
Rumah produksi tidak hanya berfungsi sebagai tempat pengolahan komoditas tetapi juga menjadi pusat peningkatan nilai tambah bagi produk pangan lokal. Sebagai contoh, di Sipora, desa Saureinu diposisikan sebagai pemasok utama pisang, sedangkan desa Bosua difokuskan sebagai rumah produksi untuk pengolahan produk berbasis keladi. Pendekatan serupa juga diterapkan di wilayah lainnya untuk memastikan optimalisasi peran masing-masing desa dalam rantai nilai.
Saat ini, proses asesmen terkait rantai nilai dan hasil produksi tengah dilakukan untuk menentukan secara akurat komoditas unggulan dan jenis produk olahan yang akan dikembangkan. Selain itu, pemerintah desa turut berkontribusi dalam mendukung infrastruktur rumah produksi. Contohnya, Dinas Perikanan dan Kelautan di Siberut memberikan bantuan berupa 15 mesin pongpong (alat transportasi masyarakat Mentawai pedalaman) dan 600 kotak kepiting (crab boxes) untuk mendukung operasional rumah kepiting. Hal serupa juga terjadi di desa Bosua dan Taileleu, di mana pembangunan rumah produksi sedang berlangsung.
Heri Sasmito selaku staf Manajemen Pangan menyampaikan bahwa dengan adanya rumah produksi, diharapkan pengolahan pangan lokal tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi tetapi juga memperkuat kemadirian pangan di masing-masing wilayah. Kolaborasi antara masyarakat,OMB, pemerintah, dan program SSR 2 menjadi kunci utama dalam mewujudkan ekosistem pangan berbasis komoditas lokal yang berkelanjutan.