Kelompok OMB Tafena Kuan telah memilih jagung sebagai komoditas unggulan yang mereka budidayakan, dengan varietas jagung pulut sebagai pilihan utama. Dalam proses budidaya ini, perlakuan terbaik yang diterapkan adalah penggunaan pupuk cair yang diberikan setiap dua minggu sekali. Untuk memastikan kualitas tanaman, pemilihan benih dilakukan dengan memilih bulir yang besar dan seragam dari bagian tengah tongkol. Berdasarkan hasil pembelajaran, waktu tanam terbaik untuk jagung pulut ini adalah antara bulan Mei hingga Juni, dengan waktu panen yang optimal pada bulan Agustus hingga September.
Kelompok juga mengembangkan pengolahan jagung menggunakan teknologi tepat guna. Setelah kurang lebih dua tahun mengikuti program sekolah lapang, mereka berhasil mengembangkan keterampilan dalam budidaya dan pengolahan jagung, yang menjadi modal utama dalam diversifikasi produk jagung. Dulu, secara tradisional jagung di Desa Kairane hanya dipipil dan diolah menjadi kudapan seperti jagung katemak. Namun, dengan kualitas jagung yang bervariasi dan bonggol jagung yang sebelumnya tidak memiliki nilai ekonomis, inovasi pengolahan kini memungkinkan pemanfaatan seluruh bagian jagung. Dengan mesin pengolah jagung yang baru, jagung berkualitas rendah dan bonggol jagung dapat diolah menjadi pakan ternak, sehingga semua bagian dari jagung dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Sebelumnya, kelompok OMB di Desa Kairane membutuhkan waktu seharian hanya untuk memipil jagung secara manual. Kini, dengan waktu yang sama, mereka dapat memipil, menggiling, memilah, dan mengemas hasil olahan jagung menjadi berbagai produk, mulai dari tepung hingga pakan ternak. Peningkatan efisiensi ini tidak hanya menghemat waktu dan tenaga, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil olahan secara signifikan. Dalam satu hari, kelompok ini mampu menghasilkan 5 hingga 8 kg tepung jagung dan pakan ternak.
OMB Tafena Kuan melihat peluang besar dalam diversifikasi pengolahan jagung dengan memanfaatkan teknologi baru. Kedatangan alat canggih ini tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi mereka, tetapi juga membuka paradigma baru bagi anggota keikutsertaan kelompok dalam sekolah lapang juga terbukti membawa perubahan signifikan. Melalui pelatihan, uji coba, dan pendampingan yang diberikan, paradigma pengolahan jagung di kalangan anggota kelompok perlahan berubah. Mereka tidak hanya belajar teknik-teknik pengolahan yang lebih efisien, tetapi juga memahami pentingnya diversifikasi produk untuk meningkatkan nilai tambah jagung.