Dalam upaya meningkatkan potensi pangan lokal pasca panen, terutama pada komoditas ternak babi dan ayam kampung, Yayasan SHEEP Indonesia (YSI) telah menjalin kerja sama dengan Tim Fakultas Peternakan, Kelautan, dan Perikanan (FPKP) Universitas Nusa Cendana (UNDANA) Kupang. Kerja sama ini dilakukan sebagai salah satu upaya kolaborasi antara YSI dan UNDANA untuk semakin menguatkan 7 Organisasi Masyarakat Basis (OMB) di Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada tanggal 9 September 2023. Salah satu kegiatan penguatan adalah pelatihan pengolahan pasca panen untuk produk sei babi, ayam dan pemasaran berlokasi di Gedung Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) Amabi Oefeto, Desa Kuanheum. Pelatihan menghadirkan dua narasumber dari FPKP Undana, yaitu Dr. Ir. Geertruida M. Sipahelut M.Si dan Ir. Maria Rosdiana Denoratu M.Sc, serta perwakilan Bupati Kupang, staf ahli bidang Pembangunan Ekonomi dan Keuangan, Ir. Pandapotan Sialagan, M.Si.
Dalam pelatihan ini, terdapat dua materi utama yang disampaikan. Materi pertama adalah tentang pengolahan pasca panen untuk produk sei babi dan ayam. Pelatihan dimulai dengan narasumber dan peserta bekerja sama dalam langkah-langkah teknis pengolahan, mulai dari persiapan bahan baku hingga proses pengasapan. Selanjutnya, juga dibahas tentang pembuatan Bakso Babi, termasuk persiapan daging cincang, bumbu, dan proses pengolahan. Sayangnya, dalam pelaksanaannya, pembuatan bakso tidak dapat dilakukan karena alat yang dibawa oleh tim Undana memerlukan kapasitas listrik yang besar dan tidak dapat digunakan. Meskipun demikian, peserta pelatihan telah memahami secara umum proses pembuatan kedua produk tersebut.
Materi kedua adalah pemasaran. Peserta diajak untuk mengidentifikasi potensi bahan lokal yang masih kurang dimanfaatkan di wilayah mereka. Pelatihan ini juga mencakup aspek pengemasan dan persyaratan yang diperlukan agar produk dapat diterima dan tersedia di toko atau swalayan modern. Selain dua materi utama di atas, dalam pelatihan dilakukan diskusi yang berhubungan tema. Beberapa pertanyaan yang muncul dalam diskusi mencakup bahan baku untuk pengasapan sei dan perbandingan antara penggunaan metode tradisional dengan penggunaan drum dalam proses pengasapan sei.
Ditemui disela-sela kegiatan, Rossi Yunior Nugroho, Manager Area YSI Kabupaten Kupang, ditekankan bahwa sekolah lapang ini sebagai media Masyarakat belajar, membahas beberapa masalah yang dihadapi, memanfaatkan potensi lokal, termasuk berbagai solusi dan kapasitas dari penemuan selama mereka berdinamika bersama. Rossi menjelaskan bahwa peningkatan nilai ekonomi produk lokal dapat dicapai melalui jika dari dinamika sekolah lapang mereka mengembangkan pengetahuan dari identifikasi permasalahan yang tersolusikan, pembelajaran yang diolah sehingga mereka menemukan sendiri upaya-upaya mengatasi persoalan. Untuk itu, semua bentuk penguatan dan bimbingan dari berbagai pihak memberi stimulan kelompok semakin mampu mengembangkan produk pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan semakin memiliki kualitas. Harga produk dapat terpengaruh, terutama jika terjadi masalah seperti virus pada ternak. Untuk mengatasi ini, penguatan melalui pengetahuan dan ketrampilan yang baik didapatkan agar mereka mengolah potensi mereka sendiri dengan kualitas gizi yang teruji, seperti dalam pembuatan se’i babi, bakso sapi, dan se’i ayam dan produksi yang berkelanjutan.
Kolaborasi dan kerja sama ini semakin mendukung pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) secara menyeluruh, termasuk dalam produksi, pengolahan pasca panen, dan pemasaran. Paska pelatihan, ada beberapa kesepakatan dan tindak lanjut, antara lain, setiap OMB akan mengembangkan pengetahuan yang diperoleh dari pelatihan pengolahan pangan lokal, mulai dari pengembangan komoditas hingga pengemasan. Tim UNDANA siap menjadi konsultan dalam pengembangan produk yang telah dilatih, sementara YSI akan mendampingi program dari tahap produksi hingga konsumsi dan pemasaran. Terakhir, pemerintah kabupaten Kupang akan berusaha untuk mendukung upaya masyarakat dalam membuka jaringan pasar. Jika kesepakatan ini dapat dilaksanakan dengan efektif dan konsisten, diharapkan potensi pangan lokal dapat diperluas, tidak hanya untuk konsumsi pribadi sebagai sumber makanan yang berkualitas, tetapi juga sebagai langkah untuk meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat.