YSI bersama dengan OMB di Sabu Raijua memasuki tahap pengamatan sekolah lapang. Saat ini, terdapat 6 komoditas yang menjadi fokus program kerja OMB di 8 desa yaitu sorgum, jagung, kacang hijau, dan bawang merah, peternakan babi dan juga rumput laut di pesisir pantai. Pengamatan dilakukan oleh semua peserta dengan melakukan analisa masalah yang banyak ditemukan di awal assessment program. Permasalahan menjadi dasar peserta mempelajari komoditas agar mengurangi resiko yang muncul kedepan dan menaikkan kualitas produk yang lebih baik dari sebelumnya.
YSI bersama OMB memperkenalkan konsep Agroekologi sebagai metode pembelajaran dan pengamatan, Agroekologi merupakan pertanian berkelanjutan yang dapat menjadi alternatif dari metode konvensional. Agroekologi menggambarkan hubungan alam, ilmu sosial, ekologi, ekonomi, masyarakat, dan lingkungan yang sehat. Praktik yang dilakukan oleh YSI dan kelompok meliputi pengamatan umur ternak, kondisi kandang dan lingkungan sekitarnya, cuaca saat pengamatan, serta mengamati perilaku ternak, metode perawatan dan pengelolaan peternakan serta unsur yang mendukung dan menghambat pertumbuhan ternak. Hasil pengamatan nantinya akan menjadi bahan perumusan perencanaan jangka panjang kelompok dalam mengelola komoditas yang dipilih.
Sarif hidayat selaku manajer area sabu raijua dalam kesempatanya saat berdinamika dengan kelompok mengatakan “Melalui pengamatan agroekosistem, kami juga dapat mengidentifikasi suatu sebab penyakit pada ternak, terlebih saat ini virus ASF kembali merebak di Provinsi NTT, kami bersama anggota menganalisa dan melakukan pencegahan agar ASF tidak masuk kembali dengan menerapkan biosecurity di lokasi sekolah lapang ternak babi, setiap pengunjung harus membersihkan diri dan disemprot desinfektan sebelum masuk lokasi kandang, dan menyampaikan ke anggota untuk tidak membawa makan berupa olah daging babi dari luar daerah dan bagi anggota yang dari peternakan babi yang sakit agar tidak dulu hadir di kandang”.