Upaya mengoptimalkan sumber daya lokal yang ada semakin dikampanyekan Yayasan SHEEP Indonesia (YSI) bersama dengan OMB Roro Sibau, Beriulou. Salah satu gerakan untuk mendukung kampanye adalah inisiasi pembuatan pupuk organik dari bahan kotoran hewan dan sekam padi agar potensi lokal yang dihasilkan dari ternak hewan di Sipora dapat dimanfaatkan.
Praktik Pembuatan pupuk organik dilakukan dengan metode pengomposan (kompos) atau pembusukan. Bahan-bahan yang digunakan merupakan bahan yang terdapat di sekitar masyarakat meliputi kotoran ternak, sekam padi, jerami, EM4 Pertanian sebagai bakteri yang berguna untuk mempercepat proses pematangan pupuk dan kapur dolomit atau kapur pertanian. Masyarakat desa dan anggota OMB diajarkan proses dalam pembuatan pupuk organik dari kotoran hewan sederhana dengan mencampurkan setiap bahan menjadi satu dengan tambahan air untuk melembabkan bahan-bahan tersebut dan bahan-bahan yang telah tercampur ditutup rapat agar udara tidak masuk (proses anaerob) agar mempercepat proses pembusukan.
Dalam praktiknya kelompok dan masyarakat mampu menghasilkan lebih dari 25 Kg pupuk untuk meningkatkan hasil panen, yang nantinya akan diaplikasikan dengan cara membuat lubang di sekeliling pohon dan menaburkan pupuk tersebut mengikuti lubang yang ada. Selain mampu menghasilkan pupuk berkualitas, kelompok dan masyarakat juga mampu mengurangi biaya perawatan sampai dengan 30 % dengan memproduksi pupuk sendiri. Pembuatan pupuk organik ini juga dirasa manfaatnya untuk membersihkan kebun. Daun-daun dan semak yang digunakan sebagai salah satu lapisan pupuk tersebut adalah daun-daun dan semak yang terdapat di sekitar pohon pisang dan keladi. Berbagai manfaat inilah yang menjadi daya tarik anggota kelompok dan masyarakat untuk mau belajar dan memproduksi pupuk secara mandiri.
OMB Roro Sibau merupakan kelompok mitra YSI yang beranggotakan lebih dari 25 orang. OMB telah berkomitmen bahwa kegiatan sekolah lapang yang selalu mereka ikuti memiliki fokus pengolahan pisang dan keladi. Kedepan; menurut Ikbal Herdiansyah, manajer area wilayah sipora mengatakan “Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi salah proses peningkatan kapasitas masyarakat dampingan sehingga masyarakat dampingan mampu mengolah sumber daya lokal yang selama ini kurang dimanfaatkan dalam proses budidaya pertanian dan dapat mengurangi biaya produksi dari proses budidaya pertanian masyarakat karena sumber daya yang diperoleh merupakan sumber daya lokal”