Dampak bencana gempabumi yang menimpa wilayah kabupaten Cianjur pada bulan November tahun 2022 menyisakan trauma bagi sebagian penyintas dan mereka masih tinggal di hunian sementara mereka karena takut di tengah gempa-gempa susulan yang masih terjadi. Banyak sarana infrastruktur air, sanitasi dan kebersihan yang rusak, serta kehilangan sanak keluarga termasuk dampak lain yang masih menyisakan kesedihan bagi para penyintas. Untuk itu, Yayasan SHEEP Indonesia dalam salah satu respon bencana adalah dukungan pemulihan dari trauma melalui program psikologi awal serta peningkatan kapasitas perilaku hidup bersih dan sehat. Hal terakhir tersebut juga diberikan dalam rangka hasil asesmen di 3 desa yang disasar bahwa sarana sanitasi terbatas.
Edukasi diberikan kepada 56 anggota keluarga penyintas dan 52 orang anak-anak usia sekolah di Desa Kutawaringin, Desa Mekarjaya dan Desa Sarampat, Kabupaten Cianjur. Kegiatan dibagi menjadi dua sesi, sesi pertama diberikan untuk warga dewasa meliputi meliputi edukasi pengelolaan sanitasi, edukasi terkait penyakit-penyakit yang biasa terjadi saat bencana serta edukasi perilaku yang bersih dan sehat bagi pengelolaan rumah tangga. Sedangkan untuk pendampingan psikososial penyintas diajak untuk berefleksi dan melakukan trauma healing seperti permainan edukasi kebencanaan, bernyanyi, mendongeng, dan hal-hal yang bisa membuat penyintas melupakan bencana yang beberapa waktu lalu mereka alami. Bagi anak-anak edukasi PHBS yang diberikan meliputi pengetahuan terkait mandi dan buang air besar, kebiasaan makan, membuang sampah dan pengetahuan tentang penyakit yang sering menjangkit pada saat di pengungsian; sedangkan untuk pendampingan psikososial bagi anak-anak, mereka diajak untuk menggambarkan dan menceritakan keadaan saat terjadi bencana serta bercerita tentang pertolongan yang mereka dapatkan.
Simulasi ini membuat masyarakat desa yang terlibat dalam kegiatan terlihat aktif dan lebih mudah dalam memahami materi PHBS, termasuk anak-anak yang antusias dalam pelatihan melalui media permainan. Dari dinamika yang diamati, edukasi dan pelatihan lanjutan dibutuhkan bagi peserta di tiga desa, khususnya mereka yang mengalami trauma serta bagaimana mengembangkan metode yang menarik agar masyarakat dan anak-anak juga mendapatkan tentang materi hidup sehat walaupun dengan kondisi dan kapasitas yang masih terbatas.