Festival Pesona Mentawai, atau yang dikenal oleh masyarakat Mentawai sebagai Punen Laggai (Pesta Rakyat), adalah perayaan tahunan yang dirayakan untuk memperingati hari jadi Kabupaten Kepulauan Mentawai sekaligus menandai kembalinya penyelenggaraan festival yang selama pandemi Covid-19 tidak dijalankan. Berlangsungnya Festival Pesona Mentawai bukan hanya sekadar perayaan semata, melainkan wadah untuk melestarikan serta memperkenalkan budaya Mentawai.
Dengan wadah ini, salah satu yang dilakukan adalah upaya pengenalan potensi pangan lokal Mentawai. Selamat ini, festival ini menjadi titik pertemuan seluruh masyarakat Mentawai, termasuk kehadiran wisatawan domestik dan mancanegara. Dengan antusias kehadiran wisatawan, maka Organisasi Masyarakat Basis (OMB) mitra dampingan YSI berinisiatif terlibat hadir dalam mengkampanyekan dan mempromosikan pangan lokal sebagai salah satu kekhasan kuliner Mentawai, selain itu meningkatkan kesadaran dan dukungan masyarakat pentingnya pangan lokal dalam ekosistem masyarakat Mentawai.
Kampanye ini berlangsung mulai dari tanggal 4 hingga 7 Oktober 2023, diikuti oleh perwakilan anggota OMB dari Desa Saureinu, Nemnemleleu, Beriulou, Bosua, Katurei, dan Madobag. Mereka memperkenalkan berbagai produk olahan pangan lokal yang meliputi kepiting, sagu, keladi, pisang, ulat kayu (toek), ulat sagu (batra), minyak goreng kelapa, serta katak salai (katak asap). Produk-produk ini diolah menjadi beragam hidangan, seperti sup kepiting, obuk (olahan keladi dalam bambu), kapurut sagu, dan oseng batra atau ulat sagu. Selain itu, keladi juga dijadikan tepung untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
Salah satu hal yang menarik adalah minat yang tinggi dari masyarakat terhadap pengenalan pangan lokal dayang dibawa berbagai desa mitra dampingan YSI di Mentawai, khususnya kepiting dan tepung keladi. Tepung keladi, bagi pengunjung atau wisatawan banyak mendapat perhatian dan dirasa sebagai inovasi baru yang dihasilkan di Mentawai. Tidak hanya menjual produk, OMB juga menjelaskan secara rinci proses pengembangan pangan lokal, termasuk metode sekolah lapang yang digunakan dalam penelitian dan pembelajaran tentang budidaya pangan lokal di Mentawai sebagai nilai plus produk yang dijual.
Selain masyarakat umum, mitra-mitra di Mentawai seperti CSO lokal, anggota DPRD, dan Pemerintah Daerah juga turut serta dalam mendukung dan memeriahkan stand OMB. Dari kampanye ini, telah muncul kesadaran baru bahwa pangan lokal adalah aset berharga yang harus dilindungi, dan pangan lokal yang sering dianggap biasa ternyata dapat diolah menjadi produk turunan yang memiliki nilai ekonomi. Dalam rangka menjaga semangat kampanye pangan lokal, OMB berencana untuk melanjutkan kampanye di desa-desa masing-masing dengan menyasar lebih banyak lapisan masyarakat baik di tingkat sekolah maupun rumah tangga.