Yayasan SHEEP Indonesia bersinergi dengan UKAW (Universitas Kristen Artha Wacana) Kupang dalam mengembangkan metode budidaya rumput laut Anaconda di Sabu Raijua, NTT. Teknik Anaconda ini bertujuan untuk melindungi rumput laut dari berbagai penyakit serta dari serangan ikan dan penyu yang dapat merusak bibit rumput laut dan menghambat pertumbuhannya. Selain itu, metode ini juga bertujuan untuk mengurangi kerusakan rumput laut akibat arus dan ombak saat musim barat.
Menurut Sarif Hidayat, Manajer area YSI Sabu Raijua, kolaborasi ini bertujuan untuk mengatasi masalah kelangkaan benih rumput laut yang sering dialami oleh petani rumput laut di Sabu Raijua, terutama pada bulan Desember hingga April, setelah musim barat. Hal ini membuat harga benih rumput laut melonjak hingga 5 kali lipat dari harga normal. Metode Anaconda menggunakan waring yang menyerupai ular Anaconda yang berbentuk bulat dan panjang, terbuat dari paralon atau rotan untuk membentuk ruang tanam. Saat ini, teknik Anaconda difokuskan pada Organisasi Masyarakat Basis (OBM) Wuke Rohedui di desa Jiwuwu Distrik Sabu Tengah.
Sarif juga menyatakan bahwa YSI mendorong mitra-mitra, termasuk kelompok tani rumput laut, pemerintah desa, dan dinas terkait, untuk bersama-sama mempelajari teknik ini agar dapat menjadi solusi atas kelangkaan benih yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Setiap kali kelangkaan terjadi masyarakat harus membeli bibit dengan harga yang sangat tinggi, terutama pada tali dengan panjang 20 depa (30 Meter), yang bisa mencapai 1,2 juta rupiah dibandingkan dengan harga normal sekitar 250-300 ribu rupiah.
Berta Leba, ketua OMB Wuke Rohedui memberikan apresiasinya kepada Yayasan SHEEP Indonesia dan FPIK UKAW Kupang atas pelatihan dan dukungan dalam pengembangan teknik Anaconda. Ia mengatakan bahwa upaya kerja sama yang berjalan perlahan telah memberikan solusi terhadap kepangkaan dan mahalnya bibit rumput laut “Upaya kerjasama sedikit demi sedikit mampu mengatasi masalah kelangkaan bibit yang hampir setiap tahun dialami oleh para petani rumput laut di Kabupaten Sabu Raijua; Kelangkaan biasanya terjadi dari bulan Desember hingga April setelah cuaca buruk atau yang dikenal sebagai musim barat. Akibat kelangkaan ini, harga bibit meningkat secara signifikan, sehingga modal awal bagi petani rumput laut menjadi sangat besar, bahkan hingga lima kali lipat dari harga normal sedangkan Rumput laut merupakan sektor pekerjaan utama bagi masyarakat pesisir di 37 Desa di Kabupaten Sabu Raijua, dan banyak dari mereka bergantung pada pekerjaan ini” pungkasnya.