
Yayasan SHEEP Indonesia wilayah Lombok bersama masyarakat di Blok Kawasan Santong melaksanakan kegiatan Pemetaan Kawasan Berbasis Lanskap pada Senin, 21 Oktober 2025. Kegiatan ini diikuti 15 orang yang terdiri dari perwakilan Tim Siaga Bencana Desa (TSBD), Kelompok Tani Hutan (KTH), Kader Posyandu, PAMDes, dan P3A dari delapan desa dampingan. Perwakilan CSO seperti Walhi NTB dan pihak KPH Rinjani Barat Resort Santong-Sidutan juga turut hadir.
Pemetaan Kawasan Berbasis Lanskap ini mendukung perencanaan terpadu antara pengelolaan sumber daya alam, ekonomi masyarakat, dan ketahanan iklim desa. Kegiatan ini bahkan menghasilkan peta tematik terbaru yang memuat kondisi tutupan lahan, sebaran sumber air, kawasan rawan bencana, serta wilayah prioritas untuk rehabilitasi vegetasi. Dalam proses tersebut, peserta mengidentifikasi dan memperbarui peta sumber daya dan peta bahaya yang sebelumnya telah disusun pada kegiatan ToT PRB dan API lalu.

Fauzi, Manajer Area Lombok, menjelaskan bahwa hasil pemetaan menunjukkan banyak kawasan hutan di sekitar mata air telah beralih fungsi dari hutan produksi menjadi kebun atau ladang yang ditanami pisang dan hortikultura. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya kawasan resapan air.
“Selama beberapa tahun terakhir, kami merasakan penurunan debit air. Saat musim hujan, air baku juga menjadi keruh. Ini bukti bahwa berkurangnya vegetasi telah mengurangi daerah resapan air dan penyaring alami,” ujar Mahfuz, perwakilan PAMDes Santong.

Hasil kegiatan ini menjadi dasar pengembangan demplot kawasan hutan yang berfokus pada perlindungan sumber air dan pengelolaan lahan berkelanjutan. Demplot tersebut diharapkan menjadi contoh praktik baik bagi desa lain dalam menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus meningkatkan ekonomi dan kesehatan masyarakat melalui pemanfaatan hasil hutan bukan kayu serta penguatan sistem pengelolaan air bersih berbasis komunitas.

