Pakan fermentasi telah menjadi salah satu alternatif yang populer untuk memberikan nutrisi tambahan pada ternak babi. Salah satu jenis pakan fermentasi yang dapat dibuat di desa Matei dan Eimadake adalah pakan fermentasi menggunakan bahan baku batang pisang, daun kelor, daun pepaya, jagung, dan kelapa. Pembuatan pakan fermentasi dilatarbelakangi adanya keinginan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pakan pabrikan dan keinginan untuk menyediakan pakan alami yang bergizi.
Pembuatan pakan yang dilakukan pada tanggal 9,16, dan 23 Maret tersebut diinisiasi oleh para peserta sekolah lapang serta pendamping, 13 orang yang terdiri dari 6 laki laki dan 7 perempuan serta pendamping sekolah lapang yang bekerjasama dengan petugas peternakan dari dinas pertanian dan pangan kabupaten sabu raijua, Bapak Yulianus Kale. Pakan fermentasi ternak babi ini Inisiatif ini muncul untuk menjawab beberapa hal, pertama ialah mengurangi ketergantungan pakan yang selama ini dibeli dengan harga yang cukup mahal dimana 1 Karung konsentrat berkisar antara Rp. 475.000 sampai dengan Rp. 580.000, fluktuasi harga ini juga karena dipengaruhi kondisi transportasi dan ketersediaan kapal barang masuk. Selain itu pemanfaatan sumber bahan lokal yang dapat dipergunakan sebagai pakan ternak.
Terdapat keinginan anggota peserta sekolah lapang, setelah beberapa masalah dalam pemeliharaan ternak mulai dari antisipasi ASF (African Swine Fever) dengan penerapan biosecurity, standart kandang yang baik dan murah, Penanganan hama dan penyakit yang terus di pelajari peserta, selain itu masalah utama pada pemeliharaan ternak adalah ketersediaan pakan yang bergizi, hal ini disadari peserta ketika dalam proses pembelajaran dilakukan penimbangan secara berkala, dan beberapa percobaan dalam intervensi jenis pakan menentukan pertumbuhan yang berbeda pula.
Pakan fermentasi yang dibuat bersama peserta dan pendamping, terlebih dahulu mengidentifikasi jenis sumber bahan lokal yang ada, serta kondisi ternak baik ternak pada fase pertumbuhan dan fase pembibitan, dimana ada beberapa bahan yang perlu dihindari ketika babi pada fase pembibitan. OMB Bersatu Desa Matei, dimana komoditas ternak babi di mulai pada fase penggemukan bahan lokal yang dikumpulkan adalah batang pisang, daun kelor, daun pepaya, jagung, dan kelapa yang banyak terdapat disekitar rumah. Bahan lokal ini kemudian di formulakan dengan tambahan konsentrat dan mineral 10, tambahan EM-4 Peternakan dan Gula sabu (lontar) untuk mencukupi kandungan gizi dan proses fermentasi bahan.
Dalam diskusi pasca pembuatan pakan fermentasi, peserta mencoba menghitung efisiensi biaya pakan fermentasi dan pakan campuran pabrikan yang sebelumnya dipergunakan, dalam pembuatan pakan campuran pabrikan dimana dominasi bahan pabrikan berupa konsentrat lebih tinggi menghabiskan dana sejumlah Rp. 646.000 untuk 100 Kg pakan, sedangkan dengan pakan fermentasi dengan bobot yang sama menghabiskan Rp. 258.600, adanya efisiensi anggaran sebesar Rp. 387.400.
Ditemui pada saat proses pembuatan pakan fermentasi bersama masyarakat, Syarif Hidayat Manajer area Sabu Raijua menyampaikan “Sekolah lapang peternakan yang dilakukan di Desa Matei dan Eimadake membuka banyak hal menarik yang berhasil dilakukan melalui kerja sama peserta maupun stakeholders terkait. Selain itu tantangan kedepan yang perlu di jawab bersama oleh OMB adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pengelolaan ternak yang baik dan pemanfaatan limbah, serta mendorong pemerintah daerah untuk menyediakan bahan sumber protein hewani sebagai bahan baku pakan ternak, atau pakan ternak jadi itu sendiri” tuturnya.