Bertempat di Desa Santong Mulia, Kec. Kayangan, Kab. Lombok Utara pada hari Senin (07/11/22) telah dilakukan acara seremoni peresmian bangunan Pusat Evakuasi Masyarakat (PEM). Peresmian PEM secara simbolis dilakukan oleh oleh bapak Djohan Syamsu selaku Bupati Lombok Utara serta dihadiri oleh Ibu Rindang Farihan dan Wuri Lukitasari sebagai perwakilan dari YSI, Ibu Siti Rukaiyah camat Kayangan, Perwakilan BPBD Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kepala desa Santong Mulia, Polsek, dan Koramil serta komunitas dan warga masyarakat desa Santong Mulia.
Peresmian PEM menjadi momentum kegiatan dan penyerahan bahwa bangunan ini selanjutnya akan dikelola oleh masyarakat kedepannya; selain itu, kesepakatan dan komitmen untguk menumbuhkan rasa memiliki PEM menjadi poin penting bagi semua pihak. Dalam sambutan yang diberikan,Rindang Farihah selaku perwakilan YSI menekankan bahwa Pembangunan PEM diharapkan dapat menjadi titik strategis untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat khususnya (kelompok rentan) pada situasi darurat bencana serta ruang untuk belajar dan meningkatkan kapasitas terkait pengurangan risiko bencana. Pada kesempatan yang sama bapak Bupati Lombok Utara menekankan berdirinya bagunan PEM menjadi sebuah pengingat akan besarnya risiko bencana yang ada sehingga kedepan masyarakat harus terus mengupayakan kegiatan mitigasi bencana untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan kesadaran akan bencana. Sejalan dengan Bupati Kepala Pelaksana BPBD NTB berharap bahwa Bangunan PEM dapat menjad tempat yang bisa digunakan tidak hanya sebagai pusat evakuasi namun juga sebagai tempat peningkatan kapasitas masyarakat.
Peresmian diakhiri oleh simbolisasi serah terima dari SHEEP Indonesia kepada desa Santong Mulia dan pemotongan Pita yang dilakukan oleh bapak Djohan Syamsu. Bangunan PEM di desa Santong Mulia mengadaptasi model Berugaq yang merupakan salah satu bangunan tradisional khas Lombok. Penggunaan berugaq sebagai model bangunan PEM terinspirasi pada saat terjadi gempa pada tahun 2018 yang lalu dimana keberadaanya mampu menjadi tempat berlindung dan evakuasi bagi masyarakat terdampak dengan struktur yang kuat dan salah satu bangunan yang tahan akan guncangan gempa pada saat itu. Bangunan yang terdiri dari 2 lantai dan ruang terbuka tersebut dibangun diatas tanah seluas 900 m² dan mampu menampung sampai dengan 280 orang di masa darurat dan 250 orang di masa normal; lebih luas lagi, Ketika tidak terjadi bencana bangunan PEM juga mampu dipergunakan untuk kegiatan sosial, pusat literasi bencana dan literasi isu kritis sebagai bagian dari peningkatan kapasitas warga masyarakat.