Virus Flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) kian mengancam peternak di NTT. Sebagai upaya mencegah penyakit ASF pada ternak, peserta sekolah lapang desa Eimadake mengadakan simulasi penggunaan metode biosecurity dalam pengelolaan kandang babi. Simulasi dilakukan Pada hari Senin, 24 Oktober 2022, di Lokasi sekolah lapang ternak babi Desa Eimadake, Kecamatan Sabu Tengah-Kabupaten Sabu Raijua; Biosecurity merupakan upaya dan metode pengelolaan untuk mencegah adanya penularan virus bagi ternak babi dengan menerapkan upaya pencegahan dan pengendalian dengan metode dan bahan-bahan yang mudah dipelajari dan didapatkan di sekitar Sabu Raijua.
Kegiatan di lokasi sekolah lapang desa Eimadake dengan melibatkan 14 orang anggota kelompok untuk mempelajari teori dan praktik penggunaan biosecurity. Dalam kegiatan tersebut dibahas apa saja fungsi dari bio security, bahan apa yang digunakan, proses penakaran bahan dan interval penyemprotan (metode pengaplikasian bio security yang digunakan), sampai dengan metode pengelolaan keamanan kandang. Selain itu dipaparkan juga cara-cara menjaga kesehatan babi dengan praktik takaran pakan yang baik untuk ternak, menjaga kebersihan kandang sebelum digunakan dengan menyemprotkan cairan desinfektan, bagaimana cara mengidentifikasi babi sakit dengan babi sehat, serta membuat peraturan terkait siapa saja yang dapat keluar masuk bebas ke dalam peternakan babi, serta metode pencegahan lain seperti membersihkan alas kaki dan mencuci tangan pada saat sebelum masuk dan keluar kandang.
Ancaman virus ASF saat ini menerpa ternak-ternak di Sabu Raijua, untuk itu Biosecurity menjadi prioritas penting diketahui para peternak dalam rangka pertahanan pertama dalam pengendalian penyakit ASF dan dilakukan untuk mencegah segala kemungkinan penularan/kontak dengan ternak tertular sehingga meminimalkan rantai penyebaran penyakit. Selain itu upaya ini mencegah segala kemungkinan penularan dan penyerangan penyakit dan penerapan ini dapat mengurangi resiko penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit yang mengancam sektor tersebut. Dengan penerapan biosecurity yang ketat dan berkelanjutan sangat menentukan keberhasilan pengendalian penyakit selama budidaya.
Margerita Wadu (staf lapangan YSI) menyampaikan bahwa pasca pelatihan ini, penerapan biosecurity telah mampu dijalankan dengan ketat dan berkelanjutan sehingga dapat meminimalisir kontaminasi dan penyebaran penyakit khususnya penyakit ASF. Sampai saat ini belum ada vaksin. Pada akhir kegiatan sekolah lapang, ada pembagian jadwal pada proses perawatan dengan pembagian pakan, pembersihan kandang dan penerapan biosecurity ketat pada setiap petugas, pengunjung di dalam maupun di luar anggota.