(Pendidikan) - Eimadake, Sabu Tengah, NTT – Perkembangan zaman yang terjadi begitu pesat mendorong pola pemikiran masyarakat untuk berlomba mencari solusi/alternative pemecahan dari beragam masalah. Berbagai bentuk teknologi tepat guna diciptakan untuk mencapai kata kunci efektif dan efisien.
Eimadake, salah satu desa di wilayah Sabu Tengah, Nusa Tenggara Timur, mempunyai persoalan akan pemenuhan kebutuhan pakan ternak. Kondisi alam yang panas, ketersediaan air yang tidak memadai dan cenderung tandus membuat ketersediaan akan pakan ternak sangat terbatas.
Melihat fenomena tersebut Yayasan SHEEP Indonesia (YSI) bekerjasama dengan masyarakat setempat telah melakukan inovasi untuk membuat pakan ternak alternative dengan metode fermentasi. Metode ini memanfaatkan bahan-bahan alami yang tidak terpakai misalnya : daun kering, jagung kering hingga daun pisang.
Bahan-bahan alami tersebut di masukan dalam alat fermentasi dan ditambahkan decomposer EM4 sebagai pengurai. Membutuhkan waktu 5 hari dalam proses fermentasi hingga pakan siap untuk diberikan pada ternak. Alat fermentasi yang digunakan pun cukup sederhana dengan memanfaatkan botol air mineral, selang serta plastik yang dipadukan sedemikian rupa.
“ …dengan menggunakan bekas botol air mineral, selang serta plastik sudah dapat menjadi alat atau wadah fermentasi”, terang Andi koordinator wilayah Sabu.
Inovasi (pembuatan pakan ternak dengan metode fermentasi) ini dirasakan masyarakat sekitar sangat membantu dan menjadi solusi jitu dalam mengatasi kebutuhan pakan yang terbatas.
“…menggunakan metode fermentasi, kami cukup terbantu dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak saat persediaan pakan terbatas”, tutur Yohana masyarakat setempat yang menjadi salah satu penerima manfaat.