
Pada Senin, 29 September 2025, kegiatan Training of Trainer (ToT) Pengurangan Risiko Bencana dan Perubahan Iklim Berbasis Lanskap DAS Palu berlangsung di Desa Beka, Kec Marawola, Kab Sigi. Kegiatan ini diikuti oleh 26 orang peserta yang terdiri dari perwakilan Desa Bangga, Desa Sambo, Desa Sibalaya Barat, Desa Beka, Desa Sidondo, serta Kelurahan Besusu Barat dan Kelurahan Ujuna.
Peserta diperkenalkan pada Metode Participatory Assessment of Climate and Disaster Risks (PACDR) dan mendalami beberapa materi penting, yaitu: Penilaian Konteks dan Sejarah Bencana – Iklim dan Risiko Bencana, Analisis Perubahan Iklim dan Bahaya – Memahami rantai dampak “Puzzle”, Peta Sumber Daya dan Bahaya, serta Kalender Musim.
Dalam pelatihan ini, peserta memahami perubahan iklim, sejarah bencana, potensi bahaya, dan keterkaitannya dengan sumber daya lokal. Peserta juga menyusun rancangan awal aksi adaptasi dan mitigasi yang kontekstual, partisipatif, dan berkelanjutan bagi masyarakat di kawasan DAS Palu; salah satu peserta merefleksikan pengalamannya “menurutku ini pembelajaran yang cukup berkesan karena akhirnya kami bisa terhubung dari hulu, tengah, dan juga hilir. Bukan hanya materi tapi ada rencana aksi langsung. Dari sini juga akhirnya paham bahwa menjaga lingkungan dan mengurangi resiko bencana ini tanggung jawab kita semua.” -ucap (Maryani/Anggota FPRB Besusu Barat.)

ToT berlanjut Selasa, 30 September 2025, dengan fokus pada pendalaman keterampilan analisis dan perencanaan aksi. Peserta diajak memahami tahapan penilaian partisipatif untuk mengidentifikasi risiko dan merumuskan solusi adaptasi berbasis kebutuhan lokal. Materi yang dipelajari meliputi: Penilaian Dampak Bahaya, Tren Perubahan Iklim, Opsi Adaptasi dan Pengurangan Risiko serta Perencanaan Aksi Komunitas.
Peserta kemudian berlatih mengintegrasikan hasil analisis PACDR ke dalam rencana aksi komunitas yang aplikatif, inklusif, dan sesuai dengan kondisi lanskap DAS Palu. Melalui pendalaman materi tentang matriks dampak bahaya dan respon masyarakat terhadap perubahan iklim peserta kemudian membahas tren perubahan iklim antara masa kini Dan beberapa tahun lalu sekaligus mengidentifikasi upaya komunitas.
Setelah itu, pada Rabu, 1-2 Oktober 2025, kegiatan serupa dilaksanakan untuk kawasan Pesisir Pantai Barat Donggala dan Palu, tepatnya di Pusat Evakuasi Masyarakat Desa Wani II, Kec Tanantovea, Kab Donggala. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan dari Desa Lombonga, Desa Labean, Desa Lendetovea, Desa Alindau, Desa Enu, Desa Toaya, Desa Toaya Vunta, Desa Dalaka, serta Kelurahan Silae dan Kelurahan Panau.

Peserta diperkenalkan pada pendekatan PACDR serta mendalami materi yang sama dengan DAS Palu. Peserta juga diajak memahami secara lebih menyeluruh hubungan antara perubahan iklim, potensi bahaya, dan kapasitas sumber daya lokal dalam membangun ketangguhan masyarakat pesisir. Kegiatan ditutup pada Kamis, 2 Oktober 2025, dengan sesi pendalaman analisis dan perencanaan aksi berbasis PACDR. Peserta mempraktikkan penyusunan rencana adaptasi dan pengurangan risiko berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan tren perubahan iklim di wilayah mereka juga dengan Materi serupa dengan DAS PALU.
Melalui sesi ini, peserta mengkonsolidasikan hasil pembelajaran untuk mengintegrasikan analisis PACDR ke dalam perencanaan komunitas yang lebih adaptif, inklusif, dan berkelanjutan di wilayah Pesisir Pantai Barat Donggala dan Palu seperti yang disampaikan oleh “semoga dari kegiatan ini ada tindak lanjut terkait rencana aksi adaptasi perubahan iklim dan pengurangan resiko bencana yang akan dilakukan dalam waktu dekat”- ujar (Fajar/KT Dalaka).
Tindak lanjut dari pelatihan ini akan dikonsolidasikan dengan forum yang disepakati dalam pelatihan tersebut. Forum untuk mengkonsolidasikan upaya PRB-API di DAS Palu bernama Form DAS Nasintuvu dan di Pesisir Pantai Barat Donggala bernama Forum Lanskap Pesisir Pantai Barat Donggala-Palu. Forum ini akan menjadi ruang komunikasi dan koordinasi untuk melakukan upaya pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim pada dua lanskap tersebut.

