
Pada Kamis, 25 September 2025, kegiatan sinergi komunitas Mentawai berlangsung di aula kantor Desa Nemnemleleu. Kegiatan ini diikuti oleh 37 masyarakat dampingan dari 7 desa di Kecamatan Sipora Selatan dan 1 desa di Kecamatan Sipora Utara serta mitra OMS Yayasan SHEEP seperti YCMM, CDRM-CDS, Jemari Sakato, LP2M, dan AMAN.
Kegiatan ini berangkat dari berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat Mentawai. Permasalahan tersebut antara lain termarjinalkannya kelompok perempuan dan disabilitas dalam pembangunan, ketergantungan masyarakat terhadap pangan luar, ancaman bencana dan perubahan iklim, lemahnya pengelolaan dan literasi keuangan, serta terancamnya hak-hak masyarakat adat atas hutan akibat masuknya perusahaan pengolahan kayu, hal ini diperkuat dengan data bahwa Pemerintah daerah membuka lahan baru sekitar 79 hektare untuk padi gogo serta dibukanya izin pemanfaatan hutan seluas 20.706 hektare bagi perusahaan pengolahan kayu. Situasi ini memperburuk risiko bencana seperti banjir Untuk menjawab tantangan itu, para peserta mendiskusikan agenda kampanye dan kolaborasi dalam isu inklusi, kemandirian pangan lokal, PRB/API, literasi keuangan, dan masyarakat adat.

Berbagai praktik baik juga dibagikan oleh komunitas dan OMB dampingan. YSI menunjukkan pengembangan budidaya dan pemasaran pangan lokal. CDRM-CDS memperlihatkan pengelolaan keuangan inklusif melalui koperasi. YCMM mendorong pelibatan kelompok rentan dan marjinal dalam pembangunan desa. Jemari Sakato memperkuat kapasitas masyarakat terkait PRB/API. LP2M melibatkan perempuan muda dalam edukasi kesehatan seksual dan reproduksi. AMAN melakukan advokasi hak-hak masyarakat adat.
Dalam sesi berbagi, peserta menyampaikan manfaat yang mereka rasakan. Mereka menyadari pentingnya pangan lokal sebagai lumbung hidup saat bencana, perlunya pelibatan kelompok rentan agar tidak ada yang tertinggal dalam pembangunan desa, serta pentingnya menjaga hutan untuk keberlangsungan hidup masyarakat adat Mentawai.
Masyarakat dampingan juga berkomitmen mengikuti festival pangan lokal di bulan Oktober sebagai bentuk promosi dan kampanye kemandirian pangan lokal, demi terwujudnya Mentawai yang tangguh terhadap dampak bencana dan perubahan iklim.

Salah satu peserta menuturkan bahwa kegiatan sinergi komunitas membuat mereka sadar akan pentingnya mengadvokasi isu-isu di Mentawai. Mereka juga menekankan bahwa pembelajaran dan praktik baik dari masing-masing NGO harus dikembangkan bersama. Staf YSI yang hadir menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi bukti kesungguhan seluruh elemen masyarakat dan NGO dalam mendorong isu inklusi, kemandirian pangan lokal, PRB/API, literasi keuangan, dan masyarakat adat tanpa memandang perbedaan antar lembaga.
Meski begitu, tantangan tetap ada. Tidak semua masyarakat dampingan memiliki kapasitas dan pengetahuan mendalam terkait isu-isu yang dibahas. Karena itu, para peserta menyepakati perlunya tindak lanjut berupa sinergi komunitas yang dilakukan secara reguler. Hal ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas dan pengetahuan masyarakat sehingga mereka mampu melakukan kampanye dan advokasi bersama secara berkelanjutan.

