Anne Marie - Saya seorang apoteker, wanita dan memiliki 3 orang anak. Selama menjadi apoteker saya pernah berkecimpung di apotek, rumah sakit distributor farmasi dan industri farmasi, Saat ditawari untuk menjadi relawan di Palu oleh YSI saya tertarik, dan atas ijin dari suami akhirnya saya berangkat. Di Palu saya memperoleh banyak teman dan saudara baru Saya juga memperoleh pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah saya dapatkan. Pengalaman yang menarik ada beberapa. Di Desa Panau, ada seorang kakek dengan riwayat asma. Pada saat saya dan tim datang kesana, kakek tersebut sedang menggunakan kateter. Posisi kateter tersebut terikat sehingga kakek tersebut kesulitan untuk mengeluarkan air kencingnya. Akhirnya kateter tersebut kita lepaskan dan kakek tersebut bisa buang air kecil dengan normal. Akan tetapi masih ada masalah yang harus diselesaikan, yaitu asma. Saat obat asma sudah saya dapatkan, akhirnya saya putuskan untuk kembali ke sana. Dan ternyata kakek tersebut sudah 3 hari tidak tidur, karena susah untuk bernafas. Setelah saya berikan obat dan edukasi ke keluarga tentang cara penggunaannya, kakek tersebut tidak lama kemudian dapat tidur lelap. Saya sangat senang sekali bahwasanya saya hadir di sana dapat membantu kakek tersebut.
Di tempat yang berbeda yaitu di desa Kayumalue, saya juga mendapat pengalaman yang menarik. Ada seorang ibu, yang menjadi korban gempa dan tsunami. Pada saat tsunami ibu itu sedang dalam kondisi hamil, dan dia terbawa air sampai di atas hotel Palu Golden. Pahanya terlindas mobil sampai 2 kali. Setelah ibu tersebut menjalani operasi Caesar, ibu tersebut merasa trauma atas kejadian kejadian yang dia lalui. Sehingga paha yang terlindas mobil tidak dia periksakan ke rumah sakit. Sebelum saya dan tim berkunjung ke rumah ibu tersebut, sudah banyak tim medis lain yang datang kesana, akan tetapi ditolak oleh dia. Alhamdulillah saat saya datang pertama kali kesana dia mau menerima akan tetapi dia hanya mau diberi obat nyeri saja. tidak mau dibawa ke rumah sakit. Sehari sebelum tugas saya berakhir di Palu, saya kembali mendatangi rumahnya. Saya bujuk, akhirnya dia mau ke rumah sakit untuk di foto Rontgen. Saat hasil foto sudah keluar, dia kaget dan menangis terus menerus, karena tulang pahanya terputus jadi 3 bagian.
Karena saya harus segera kembali ke Yogyakarta, dia hanya berjanji kepada saya, dia mau di operasi asalkan saya yang menemani. Akhirnya setelah bertemu keluarga sebentar, saya berangkat kembali ke Palu. Setelah sampai Palu, keesokan harinya saya menuju ke Kayumalue, saya bertemu dengan keluarga besarnya, karena sehari sebelumnya neneknya meninggal. Dan dia berjanji mau di bawa ke rumah sakit untuk operasi setelah selesai 7 hari tahlilan neneknya. Akhirnya 7 hari pun telah selesai, dan dia menghubungi saya melalui telepon, dan menyatakan siap untuk di operasi. Kita menjalin hubungan dengan rumah sakit Bala Keselamatan untuk mengoperasi fraktur ibu tersebut. Setelah sebelumnya kita mengalami kesulitan untuk mendapatkan kamar dan bertemu dokter ortopedi, akhirnya Tuhan memudahkan semuanya saya berhasil bertemu dengan dokter ortopedi dan si pasien pun juga sudah diperiksa. Dokter memberikan alat terbaik yang akan dipasang di paha pasien, sejenis implan, bukan plat. Dan dari pihak rumah sakit juga sudah menyediakan kamar. Akhirnya pasien yang tadinya tidak mau ditemui medis, bisa Saya antarkan untuk operasi. Saya sangat senang, bahwa hidup saya masih berguna bagi orang lain yang membutuhkan.